Berakhir Bos ChatGPT, Pemberi Tambang dan Pertanian Bakal Kantongi Golden Visa

Jakarta Pemerintah sudah memberikan golden visa pertama terhadap Sam Altman, CEO OpenAI yang yakni perusahaan dibalik ChatGPT. Desas-desusnya, CEO Tesla Elon Musk juga bakal ikut mendapatkan golden visa atau izin tinggal spesial untuk membangun ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Direktur Izin Tinggal Keimigrasian Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Regulasi dan HAM, Pramella Yunidar Pasaribu, membocorkan bahwa sudah ada beberapa nama lainnya yang akan mengantongi golden visa. Namun, ia belum ingin memaparkan siapa saja sosoknya.
Pramella malah tak memungkiri, beberapa pemberi modal di antaranya memang berhubungan dengan pelaku industri yang mengusung tenaga baru terbarukan (EBT). Namun kembali, ia belum ingin memberi tahu apakah sosok yang dimaksud termasuk Elon Musk.
Apa Itu Golden Visa?
Lebih lanjut, Pramella membeberkan, golden visa yakni izin masuk terhadap orang asing yang memang berniat untuk melakukan pemulihan perekonomian Indonesia. Pasalnya, ia mengevaluasi masih banyak yang patut dibereskan semenjak Indonesia terpapar pandemi Covid-19.
Oleh karenanya, Ditjen Imigrasi Kemenkumham menawarkan fasilitas terhadap orang asing yang akan berinvestasi di Indonesia untuk bisa layanan golden visa tersebut.
“Selama ini kan jikalau orang tinggal di Indonesia cuman sebentar, 2 tahun lalu pulang. Fasilitas yang kami tawarkan yakni mereka bisa tinggal di Indonesia, minimal 5 tahun, paling lama 10 tahun, malah bisa diperpanjang unlimited,” ungkap ia.
Syaratnya
“Syaratnya, mereka patut menanamkan uangnya di Indonesia. Tidak semudah itu, mereka juga patut memenuhi prasyarat-prasyarat, jikalau ia untuk berinvestasi minimal ia mempunyai saham obligasi untuk ditanamkan di Indonesia USD 50.000 (untuk 5 tahun izin tinggal). Apabila lebih dari 10 tahun kurang lebih investasi hampir USD 100.000,” terangnya.
Secara estimasi waktu, ia malah yakin pemberian fasilitas golden visa ini bisa dirilis pada Oktober 2023 mendatang.
“Nanti kita masih ada sela waktu tunggu 60 hari semenjak undang-undang itu diterbitkan (semenjak akhir Agustus 2023). 100 persen kita sudah siap untuk bisa mereka mulai masuk dan mengajukan prasyarat-prasyarat yang diperuntukan,” pungkas ia.
Golden Visa Incar Pemberi yang Bangun Teknologi AI
Direktur Jenderal Imigrasi Kementerian Regulasi dan HAM (Kemenkumham) Silmy Karim terus mempromosikan produk Golden Visa terhadap calon pemberi modal yang berminat menanamkan modalnya di Indonesia.
Sam Altman, CEO OpenAI yang yakni perusahaan dibalik ChatGPT jadi WNA pertama yang mendapatkan Golden Visa semenjak undang-undang itu diundangkan pada akhir Agustus 2023.
Silmy mengatakan, keputusan itu dijalankan lantaran pemerintah saat ini hendak membangun ekosistem bisnis yang disangga teknologi artificial intelligent (AI). Itu selaras dengan target masa depan Indonesia, menjadi negara tenaga ekonomi terbesar keempat di dunia pada 2050.
“Itu kita berikan terhadap founder ChatGPT. Kenapa kita berikan, sebab kita ingin environment, ekosistem di AI masuk ke Indonesia. Untuk mewujudkan Indonesia jadi nomor 4 tenaga ekonomi dunia di 2050, itu memerlukan teknologi AI,” kata Silmy Karim dalam acara Digi-Fest Talk di Ritz Carlton Mega Kuningan Hotel, Jakarta, Rabu (13/9/2023).
Lebih lanjut, ia juga menyoroti kategori Gen Z yang akan jadi pemimpin Indonesia di 2050. Namun, Silmy tak ingin terlena dengan prediksi itu sehingga cuma menjadi cita-cita semu.
“Gen Z juga perlu mempersiapkan diri, anggaplah kita ini sebagai sebuah produk. Sepatutnya mempunyai tenaga saing. Kekuatan saing yang dimiliki ini yakni bukan cuma terhadap warga negara Indonesia,\\” tegasnya.
“Juga terhadap warga negara asing. Sebab dengan adanya globalisasi, kemajuan teknologi komunikasi, seluruh ya g jauh menjadi dekat. Semua yang lama menjadi cepat,” ujar ia.
Pembatasan AI
Oleh karenanya, ia menekankan pentingnya pembatasan AI supaya Indonesia jadi negara yang kian produktif. Di sisi lain, Silmy malah tak ingin masyarakat justru terlena dengan kemudahan yang ditawarkan teknologi komputerisasi tersebut.
“Banyak sekali pertanyaan apakah AI bisa menaklukkan manusia. Saya jawab, untuk hal-hal tertentu iya. Namun AI itu tak bisa melakukan relasi relationship. Kemudian mereka juga tak bisa menggantikan pejerjaan-pekerjaan,” ungkapnya.
“Seperti contohnya pekerjaan dalam hal memasarkan, marketing, dan masih banyak hal lain. Sehingga lakukan kolaborasi dengan yang namanya teknologi. AI bukan lawan, tetapi yakni alat untuk melengkapi kita menjadi lebih produktif,” pungkasnya.