Bank Indonesia (BI) memperkirakan puncak kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) terjadi pada kuartal pertama 2023 di level 5%. Namun jika terdapat peningkatan risiko, suku bunga The Fed berpotensi tembus hingga 6%.
Gubernur BI Perry Warjiyo menilai bahwa tren suku bunga tinggi masih akan terjadi pada tahun depan dengan waktu yang cukup lama. Hal ini tidak terlepas dari meningkatnya ketidakpastian global mulai dari lonjakan inflasi yang diproyeksi masih meningkat imbas perang Rusia dan Ukraina dan perang dagang AS.
“Ada juga skenario upward risk, jika memang ketegangan politik berlanjut serta inflasi tidak cepat turun. Maka fenomena highest interest rate for longer yakni kenaikan suku bunga di The Fed maupun Eropa, skenario baseline kami menunjukkan FFR akan mencapai puncaknya 5% kurang lebih kuartal I 2023, namun ada kemungkinan mencapai 6%,” kata Perry Warjiyo dalam Seminar Indef.
Adapun hingga November 2022, The Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 bps menjadi 3,75%-4%. Suku bunga The Fed saat ini merupakan yang tertinggi sejak Januari 2008.
Meski demikian, BI juga membuat baseline skenario bahwa suku bunga The Fed masih berpeluang untuk turun ke level 4,75% pada tahun 2023. Kondisi ini pun akan mendorong penguatan dolar AS terhadap mata uang di berbagai negara termasuk rupiah yang masih akan berlanjut di tahun depan, sehingga perlu diantisipasi.
“Dolar pernah mencapai 114 indeksnya terhadap mata uang asing, menguat kurang lebih 25 persen (YoY), beberapa minggu ini mulai melemah indeks dolar sekitar 106. Namun, tentu saja ke depan dolar masih akan kuat tergantung tingginya inflasi, tingginya kenaikan FFR, dan tentu bagaimana Fed menimbang kenaikan suku bunga dengan risiko resesi,” kata Perry.
Ditengah menguatnya dolar, saat ini telah terjadi fenomena cash is the king atau investor global menarik dananya dari pasar keuangan di dunia maupun negara berkembang ke alat likuid.
Mencermati kondisi The Fed yang diprediksi masih akan menaikkan suku bunga di kuartal I 2022, maka fenomena cash is the king masih akan berlanjut di tahun depan.
“Kami perkirakan uncertainty akan berlanjut mengikuti pola FFR. Maka uncertainty cash is the king akan berlanjut, namun dengan adanya kejelasan arah kebijakan The Fed, maka BI memperkirakan investor global mulai kembali, amankan dana ke emerging market termasuk Indonesia. Ini bagian pertama yakni waspada ada uncertainty kedepan, dari uncertainty ini kami tentukan tingkatkan probabilitasnya,” ucapnya.