Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) menjalin kemitraan dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan usaha besar dalam upaya mendorong kemajuan UMKM sehingga ke depan diharapkan UMKM dapat menembus rantai pasok global.

Deputi Bidang UKM Kemenkop UKM Hanung Harimba Rachman mengatakan, pemerintah terus berupaya menciptakan ekosistem kondusif bagi UMKM guna meningkatkan partisipasi UKM dalam rantai produksi BUMN dan usaha besar. Hal ini sebagaimana yang diatur melalui Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja beserta turunannya PP 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM, yang memberikan kesempatan untuk memperluas pasar melalui keterlibatan dalam sistem rantai pasok dengan perusahaan BUMN dan Usaha Besar.

“Melalui jaringan kemitraan antara BUMN dan usaha besar dengan UKM ini yang akan diselenggarakan di Exhibition Hall SMESCO pada 24 November 2022 diharapkan mampu mempercepat transformasi UKM masuk dalam rantai pasok global, meningkatkan produktivitas dan efisiensi, jaminan kuantitas dan kontinuitas, memberikan manfaat sosial yang cukup tinggi serta meningkatkan ketahanan perekonomian nasional,” ucap Hanung Selasa (22/11/2022).

READ  Potensi Twitter Blue Dapat Dimanfaatkan Untuk Bisnis

Di sisi lain, UMKM juga mendapatkan beberapa manfaat mulai pendampingan dalam peningkatan keterampilan dan kapasitas, dukungan akses promosi dan perluasan pasar, penumbuhan jejaring kemitraan UKM, hingga jaminan standar dan kualitas. Kementerian Koperasi dan UKM menjalankan beberapa program kemitraan dalam membangun ekosistem rantai pasok. Pertama, Kemenkop UKM melakukan pengembangan rantai pasok perikanan tangkap Indonesia, bekerja sama dengan SPDN Pertamina, Perindo, Himbara, dan usaha besar lainnya sebagai offtaker.

Kedua, pengembangan kemitraan pemasaran produk UMKM dengan Kimia Farma, saat ini 40 UKM terfasilitasi bermitra dengan Kimia Farma dengan produk di bidang kesehatan khususnya herbal dan spa. Ketiga, pengembangan rumah produksi bersama untuk memperkuat hilirisasi dalam ekosistem rantai pasok UMKM yang direncanakan pada akhir tahun 2024 dapat terbangun di 18 lokasi.

READ  Kata Elon Musk soal SpaceX Bangun Fasilitas Peluncuran Roket di Indonesia

Selain itu sejak 2021 kata Hanung, Kemenkop UKM bersama Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian BUMN berkomitmen menjalin kerja sama yang dituangkan melalui Nota Kesepahaman yang bertujuan untuk menghubungkan pelaku Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Industri Kecil, Menengah (IKM) untuk terhubung ke dalam rantai pasok global (global value chain) sehingga mendorong peningkatan ekspor dan penguatan substitusi impor.

Sebagai tahap awal implementasi kerja sama ini, telah terjamin kemitraan antara koperasi, UMKM dan IKM dengan enam BUMN yakni PT Pertamina, PT PLN, PT Kimia Farma, PT Krakatau Steel, Perum Perhutani, dan RNI (Persero). “Hasil sinergi ini sebanyak 216.590 UKM telah bermitra dengan 6 BUMN dengan nilai transaksi lebih dari Rp2,5 triliun dan nilai transaksi KUMKM/IKM yang telah masuk dalam Pasar Digital (PaDi) sebesar Rp 22,6 triliun,” kata Hanung.

READ  Netanyahu Pertimbangkan Berikan Sistem Pertahanan Udara Israel ke Ukraina

Saat ini program diperluas menjadi 17 BUMN dan banyak usaha besar yaitu PT Inka, Perum Bulog, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia, PT Berdikari, PT Garam, PT Perikanan Indonesia, PT Bio Farma, PT Perkebunan Nusantara III, PT Pindad, PT Pupuk Indonesia, dan PT Sang Hyang Seri.

Hingga saat ini tercatat, jumlah UMKM yang mencapai 64,2 juta unit dan mampu berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 61%, kontribusi ekspor UMKM sebesar 15,65%, menyerap 97% dari total tenaga kerja, serta dapat menghimpun 60,4% dari total investasi. “Dari sinilah terlihat bahwa keberadaan UMKM yang bersifat padat karya mampu menjadi sebuah wadah bagi masyarakat untuk bekerja,” ujarnya.