Pembakaran Alquran oleh politikus sayap kanan Rasmus Paludan berhasil mempersulit jalan Swedia bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Kemarahan Turki atas aksi tersebut memaksa pertemuan guna membahas keanggotaan Swedia ditunda.

Turki meradang karena pembakaran Alquran pada Sabtu (21/1) itu dilakukan di depan gedung Kedutaan Besar Turki di Stockholm. Selain itu, ada juga aksi simpatisan Partai Buruh Kurdi (PKK) di Stockholm hari itu.

PKK telah melancarkan perang dengan Pemerintah Turki sejak 1980-an. Kelompok bersenjata yang menghendaki kemerdekaan wilayah Kurdi itu dicap sebagai teroris oleh Turki, juga AS dan Uni Eropa. Salah satu syarat Turki menyetujui Swedia bergabung adalah penindakan terhadap aktivitas PKK di Swedia.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengonfirmasi bahwa pertemuan penting di Brussel untuk membahas keanggotaan Swedia dan Finlandia di aliansi NATO telah ditunda. Dia mengatakan pada Kamis (26/1), pertemuan seperti itu tidak ada artinya setelah protes pembakaran Alquran di Stockholm.

“Dalam lingkungan seperti ini, pertemuan tripartit tidak akan ada artinya. Itu telah ditunda karena lingkungan saat ini akan membayanginya, itu bukan pertemuan yang sehat,” kata Cavusoglu.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pun telah meragukan ekspansi NATO dengan memperingatkan Swedia untuk tidak mengharapkan dukungan untuk tawaran keanggotaannya dalam aliansi militer. “Pemerintah Swedia telah mengambil bagian dalam tindakan keji ini dengan membiarkannya terjadi. Sesederhana itu. Tidak ada yang bisa memberi tahu kami sebaliknya,” kata Cavusoglu.

READ  Palestina Tegaskan Israel Bisa Dituntut di ICC

Cavusoglu juga menuduh Swedia terlibat dalam kejahatan dalam kebencian dan rasis. Sebutan itu dinilai pantas diberikan karena Stockholm gagal mencegah protes oleh kelompok anti-Islam dan pro-Kurdi.

Swedia dan Finlandia meninggalkan kebijakan nonblok militer dan melamar keanggotaan NATO setelah pasukan Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina pada 24 Februari 2022. Turki yang merupakan anggota NATO telah menekan kedua negara untuk menumpas anggota Kurdi dan kelompok lain yang dianggap teroris sebagai syarat masuk dalam aliansi tersebut.

Ditanya tentang kemungkinan Finlandia bergabung dengan aliansi itu sendiri jika tawaran Swedia ditunda lebih lanjut, Cavusoglu mengatakan, Turki belum menerima permintaan seperti itu. Namun dia mengatakan, masalah yang dihadapi dengan Finlandia relatif lebih sedikit dibandingkan dengan Swedia.

Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson mengatakan, pandangannya secara keseluruhan menyatakan tidak ada pintu yang ditutup untuk keanggotaan NATO bagi Swedia. “Saat ini ada komplikasi dalam diskusi dan pembicaraan, itu cukup jelas. Tapi tidak ada pintu yang ditutup, saya pikir penting untuk mengatakan itu,” kata Kristersson dikutip dari surat kabar Expressen.

“Mari kita turunkan suhu dan panasnya, kita perlu kembali ke pembicaraan yang baik sehingga kita dapat menyelesaikan proses NATO secepat mungkin,” katanya.

READ  China akan Adopsi Konsensus Hasil Pertemuan Xi dan Biden

Sedangkan Rasmus Paludan mengumumkan bahwa dia akan kembali membakar salinan Alquran. Kali ini dia berencana melakukan di Denmark pada Jumat (27/1) ini.Dalam sebuah pesan yang diunggah di Instagram pada Kamis (26/1), Paludan mengatakan akan membakar kitab suci umat Islam di depan sebuah masjid di Dortheavej, Kopenhagen.

Komunitas Muslim dan Yahudi di Swedia memperingatkan tentang kejahatan lanjutan yang dapat dilakukan orang-orang yang berani membakar kitab suci. Mengutip penulis terkenal Yahudi-Jerman Heinrich Heine, orang yang pernah membakar kitab suci dapat juga membakar manusia.

“Mereka yang membakar buku pada akhirnya akan membakar manusia,” tulis pernyataan bersama komunitas Yahudi dan Muslim di Swedia seperti dilansir Anadolu Agency pada Jumat (27/1).Pernyataan itu mengenang pembakaran buku-buku suci umat Yahudi pada masa menjelang kekuasaan Nazi Jerman pada 1930-an. Saat Nazi berkuasa, mereka kemudian membantai jutaan warga Yahudi di Jerman dan wilayah Eropa lainnya.

Dewan Resmi Komunitas Yahudi Swedia dan Kemitraan Kepercayaan Muslim Yahudi (AMANAH) mengatakan dalam pernyataan bersama bahwa pembakaran kitab suci seringkali menunjukkan awal dari normalisasi kebencian terhadap kelompok tertentu di masyarakat.

“Secara historis melawan Yahudi, sekarang melawan Muslim,, memperingatkan bahwa rasis dan ekstremis sekali lagi diizinkan untuk menyalahgunakan demokrasi dan Kebebasan Berbicara untuk menormalkan kebencian terhadap salah satu agama minoritas di Swedia, dengan membakar Alquran,” kata pernyataan itu.

READ  Diplomat Negara NATO: Ukraina Hancurkan Kepercayaan Kami

Komunitas Muslim dan Yahudi di Swedia menyatakan keprihatinannya pada serangan intensif terhadap orang-orang Yahudi dan Muslim di negara itu. “Dalam masyarakat demokratis, setiap individu memiliki hak untuk merasa aman dan dihargai. Kami dengan ini ingin mengungkapkan dukungan kami kepada Komunitas Muslim Swedia dan dengan jelas menyatakan bahwa setiap tindakan dan tanda prasangka dan kebencian tidak dapat diterima.”

Pemerintah Swedia baru-baru ini disebut gagal mencegah kejahatan kebencian berbasis agama terhadap Muslim dan Yahudi. Pada 2021, Muslim menanggung lebih dari setengah (51 persen) dari semua kejahatan kebencian terhadap kelompok agama di Swedia.

Menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh Dewan Pencegahan Kejahatan Nasional, anga tersebut diikuti oleh kelompok Yahudi (27 persen), Kristen (11 persen) dan kelompok lainnya (11 persen). Wanita Muslim dan Yahudi lebih mungkin dibandingkan pria untuk menjadi korban kejahatan rasial.

Dalam Laporan Kebebasan Beragama 2021 oleh Departemen Luar Negeri AS, disampaikan banyak kejahatan rasial di Swedia tidak dilaporkan ke polisi. Menurut survei terhadap lebih dari 16.000 orang di 12 negara anggota UE, oleh Badan Hak Fundamental blok tersebut, anti-Semitisme disebut “dinormalisasi” di Swedia.