Ukraina memerlukan bantuan cepat senilai US$1 miliar atau berkisar Rp15,6 triliun (kurs Rp15.600 per dolar AS) untuk memulihkan kembali jaringan listrik dan sistem pemanas terpusat yang rusak akibat perang dengan Rusia.
Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal mengungkapkan serangan udara Rusia selama beberapa pekan terakhir merusak separuh fasilitas infrastruktur utama negara itu.
Ia memperkirakan untuk membangun kembali infrastruktur yang luluh lantak itu perlu tiga tahap.
“Prioritas utama sekarang adalah tahap bertahan hidup – dengan cepat memulihkan infrastruktur penting dan sektor energi untuk melewati musim dingin,” ujar Shmyhal dalam pertemuan Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), seperti dikutip dari Reuters.
Dalam pidatonya kepada OECD, Shmyhal mengutip Bank Dunia yang mengatakan Ukraina membutuhkan US$349 miliar untuk melanjutkan pemulihan fasilitas pada Juni lalu.
Namun, ia memprediksi bantuan mendesak yang diperlukan untuk sektor listrik mencapai US$500 juta. Sementara, proyeksi bantuan mendesak untuk sektor pemanas terpusat mencapai lebih dari US$500 juta.
Rusia terus meluncurkan serangan rudal dan drone ke fasilitas energi Ukraina dan infrastruktur lainnya setiap pekan sejak Oktober.
Pakar energi bekerja untuk memulihkan jaringan di kota Laut Hitam Odesa setelah serangan di dua fasilitas pada akhir pekan lalu. Serangan itu menyebabkan 1,5 juta pelanggan tanpa listrik dan membuat pelabuhan tidak berfungsi untuk sementara.